Saturday, November 28, 2015

Lebaran Topat, Budaya Sasak

Bokline. Lebaran ketupat merupakan salah satu budaya yang di rayakan oleh masyarakat lombok seminggu setelah lebaran idul fitri, lebaran ketupat yang merupakan lebaran untuk merayakan selesainya puasa sunah yang di lakukan seminggu setelah puasa bulan ramadhan sudah menjadi budaya turun temurun di lombok yang di lakukan oleh masyarakat lombok setiap tahunnya dan menjadi tradisi yang tetap di lakukan sejak zaman dahulu sampai sekarang. ada banyak cara yang di lakukan oleh masyarakat lombok untuk merayakan lebaran ketupat tersebut , yaitu mulai dari zikiran bersama di masjid , makan ketupat bareng di masjid dengan masyarakat sekitar, sampai pergi ke sesuatu tempat untuk ber rekreasi seperti pantai dengan membawa ketupat tersebut. bahkan di suatu daerah di lombok ada yang merayakan lebaran ketupat tersebut dengan membuat gunungan  ketupat terbesar yang memecah rekor muri.
lebaran ketupat
foto by knbonline.wp.com

Lebaran ketupat memiliki nilai budaya tersendiri Dalam perayaan Lebaran Topat di Lombok,  kita dapat mengetahui bahwa perayaan lebaran ketupat  tersebut mengandung dua dimensi , yaitu dimensi sakral dan sosial. dimana  Dimensi sakral berkaitan dengan persepsi dan pengharapan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan dimensi sosial berkaitan dengan upaya menjaga harmoni kehidupan antar sesama manusia. Di kutip dari Wisatadilombok.com dan lombok.biz

Penggunaan ungkapan Lebaran Nine atau lebaran wanita terhadap Lebaran Topat ini menunjukkan bahwa Lebaran ini mempunyai posisi penting dalam ekspresi keislaman masyarakat yang berada di Lombok. Lebaran Topat adalah pasangan Lebaran Mame (Idul Fitri). Oleh karena itu, perayaan Lebaran Topat  mempunyai tujuan yang sama dengan Lebaran puasa Ramadhan. Yaitu untuk mencapai kehidupan yang fitri, suci. adapun makna dari Penggunaan topat atau ketupat yang berbentuk persegi empat sebagai nama Lebaran dan dan sebagai menu makan utama yaitu merupakan khasanah kearifan lokal masyarakat yang ada di lombok untuk mengingatkan manusia terhadap asal muasalnya. Ketupat yang berbentuk Empat Segi yaitu untuk menunjukkan bahwa manusia itu terdiri dari unsur tanah, api, air, dan angin yang ada dalam diri manusia sendiri. lombok.biz

Lebaran Topat juga bisa diartikan menjauhkan diri dari nafsu kebendaan dan membersihkan batin dari sikap dengki dan iri hati setelah nuraninya terjerat oleh ego dan kemeriahan budaya materi yang semu. Ritual beseraup atau membasuh muka ( Mue bahasa sasak) dengan air memberi makna bahwa tindakan tersebut merupakan cara untuk membersihkan kotoran yang melekat di wajah. Jika wajah dan hatinya bersih, maka orang itu tidak akan sakit baik secara fisik ataupun mental.lombok.biz

Mengambil air di Lingkok Mas mempunyai arti bahwa air laksana emas yang mahal harganya dan sangat penting bagi kehidupan manusia di dunia . Oleh karena itu, air harus dijaga kebersihannya supaya tidak tercemar oleh bermacam limbah yang dapat menyebabkan makhluk hidup menjadi sakit, dan tanaman tidak bisa tumbuh dan berkembang.  Sedangkan kegiatan besambek bertujuan agar manusia tenang menjalani kehidupan, alam pikiran tetap jernih, terbebas dari segala macam gangguan (jin dan setan) termasuk untuk mendapatkan rezeki yang halal. Sebagaimana disebutkan dalam pepatah Sasak : di lansir dari wisatadilombok.com

Manis-manis buak ara
Pedis-pedis rasen nasi
Manis rasanya si buah ara
Kecut-kecut rasanya nasi

Pepatah di atas mengandung pesan bahwa menyantap makanan hasil keringat sendiri terasa lebih nikmat, ketimbang disuguhkan makanan yang lezat namun didapat dengan cara yang tidak halal (haram).

Selain itu, budaya Lebaran Topat juga dapat menjadi alat untuk  introspeksi bagi manusia untuk mengenal kembali jati dirinya setelah menempuh perjalanan hidup selama satu tahun yang sudah lewat, yang banyak diwarnai dengan dosa individual dan dosa sosial. Pepatah Sasak mengatakan “dendek ipuh pantok gong” (tak usah segan memukul/membunyikan gong). Pepatah tersebut mengingatkan manusia agar mengoreksi diri, di antaranya terbuka terhadap saran dan kritik orang lain dan Selain itu, acara makan ketupat bersama-sama menunjukkan masih terpeliharanya nilai-nilai kebersamaan di antara mereka (manusia). lombok.biz

Namun demikian, banyaknya potensi yang terkandung dalam perayaan Lebaran Topat, khususnya aspek ekonominya, harus disikapi secara bijaksana. Kesalahan dalam menyikapinya, tidak mustahil akan menghilangkan nilai-nilai luhur yang terkandung didalamnya sehingga kegiatan ritual ini hanya akan menjadi pesta rakyat yang kehilangan ruhnya (tidak ada makna).

Sebagian lombok.biz Wisatadilombok.com

No comments:

Post a Comment